Saturday 25 April 2015

Makalah Kedelai Dan Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Pengendalian hayati sebagai komponen utama Pengendalian Hama Terpadu pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara “terkait kepadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama.
Adanya populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi musuh alami, memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Agar tidak timbul kerancuan lebih dahulu perlu dibedakan pengertian tentang pengendalian hayati (biological control) dan pengendalian alami (natural control) yang seringkali dibicarakan bersama. Pengendalian Hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. De Bach tahun 1979 mendefinisikan Pengendalian Hayati sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami sehingga kepadatan populasi organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian. Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya oleh karena bekerjanya musuh alami, tetapi juga oleh komponen ekosistem lainnya seperti makanan, dan cuaca.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya Kita bisa mengetahui tentang jenis-jenis tanaman kedelai. dan mengetahui musuh alami tanaman kedelai.

BABA II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Kedelai
1. Kedelai kuning
Kedelai kuning. Kedelai yang kulitnya berwarna kuning, putih, atau hijau. Apabila dipotong melintang akan memperlihatkan warna kuning pada irisan keping bijinya. Kedelai kuning biasanya dijadikan tempe. 

2. Kedelai hitam
Kedelai hitam. Kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam mengandung antisianin. Antisianin sangat potensial mencegah proses oksidasi yang terjadi secara dini dan menimbulkan penyakit degeneratif.

3. Edamame
Edamame, yang sekarang sedang naik daun. Edamame terbukti mengandung isoflavon tertinggi dibandingkan jenis kedelai lain. Kandungan protein edamame mencapai 36%, jauh lebih tinggi dibanding olahan kedelai lain.

2.2 Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai

·      Laba-laba lompat ( Jumping Spiders )
Gambar: Laba-laba lompat
Laba-laba lompat bersikap aktif hanya pada siang hari. Laba-laba lompat bermata delapan. Dua mata besar menghadap ke depan, tetapi mata lainnya kecil. Matanya tajam dan bisa melihat mangsanya dari jauh. Laba-laba ini dapat menerkam mangsanya dengan cepat sekali, bahkan dapat menangkap lalat yang terbang cepat. Laba-laba ini tidak membuat jaring, tetapi meronda di tanaman mencari mangsa. Sutera digunakan untuk menenun tali pengaman, sehingga bila jatuh dari daun, tali itu menghindarinya jatuh sampai ke tanah. Sutera juga dipakai untuk membuat sarung telurnya. Laba-laba dapat menangkap mangsa yang lebih besar darinya dan merupakan pemangsa penting bagi kepik seperti Helopeltis dan ngengat dari ulat jengkal dan hama lain. Laba-laba menusukkan racun yang melumpuhkan mangsa, kemudian mengisap cairannya.

·      Daur hidup
Laba-laba jantan menggoyangkan kaki depan untuk merayu betina. Setelah kawin, betina membuat sarung dari sutera dan meletakkan telur didalamnya. Ia menjaga sarung itu sampai anak laba- laba keluar dan dapat pergi sendiri. Laba- laba tidak mengalami metamorfosa
Agen  pengendalian hayati Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap spesies serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut “musuh alami”. Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena adanya musuh alami tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok organisme dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata di luar serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah dari golongan serangga sendiri.

Keuntungan Pemanfaatan Musuh Alami :
1.      Relatif murah & sangat menguntungkan
2.      Aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan berguna
3.      Berdaya guna (efektif) dalam pengendalian hama sasaran
4.      Efisiensi dalam jangka panjang (tidak memerlukan ulangan pengendalian)
5.      Kompatibel/dapat digabungkan dengan cara-cara pengendalian lainnya

Kelemahan Pemanfaatan Musuh Alami :
1.      Perlu waktu lama, kira-kira 3-5 th
2.      Tingkat keberhasilan (efektifitas) tergantung pada ketangguhan MA yang digunakan
3.      Tidak dapat digunakan untuk mengendalikan hama baru karena inangnya spesifik
4.      Kadang-kadang timbul kekebalan hama sasaran tetapi sangat jarang
5.      Perlu waktu tertentu dalam aplikasinya (utamanya jenis jamur,bacteri & virus)

2.3 Hama Pada Tanaman Kedelai
·      Ulat jengkal (Chrysodeixis Chalcites Esp)
Gambar: Ulat jengkal
·      Ciri-ciri
ü Imago serangga dewasa meletakkan telurnya di permukaan bawah daun
ü Larva membentuk kepompong dan dalam anyaman daun, kemudian berubah  menjadi pupa.
ü Daur ( siklus hidup) hama ini berlangsung selama lebih kurang 30 hari.

·      Gejala serangan
ü Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag)dan stadium yang membahayakan adalah larva.
ü Larva menyerang seluruh bagian tanaman, terutama daun-daunnya sehingga menjadi rusak tidak beraturan.

a. Peri kehidupan
Ulat jengkal, Chrysodeixis chalcites Esp. (Lepidoptera, Noctuidae) berwarna hijau dan bergerak seperti menjengkal. Ulat tua memiliki ciri khas, yakni adanya tungkai palsu sebanyak tiga pasang dan garis lateral berwarna pucat sebanyak tiga pasang yang membujur dari mesonotum hingga ujung abdomen. Tubuh ulat menyempit pada bagian apikal dengan kepala kecil. Tubuh ulat ini apabiia direntangkan, panjangnya 3 cm. Stadium ulat terdiri atas lima instar, umur ulat berlangsung selama 14-19 hari dengan rerata 16,2 hari (14).
Kepompong berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi putih-kecoklatan. Kepompong dibentuk di daun, ditutupi oleh rumah kepompong (kokon). Stadium kepompong berlangsung selama 6-11 hari dengan rerata 6,8 hari (14). Stadium ngengat berlangsung selama 5 – 12 hari dengan rerata 8,5. Ngengat meletakkan telur pada umur 4 – 12 hari. Produksi telur mencapai 1250 butir per ekor ngengat betina. Telur diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun. St pada umur 4 – 12 hari. Stadium telur berlangsung selama 3 - 4 hari dengan rerata 3,2 hari (14). Daur hidup ulat jengkal dari tetur hingga ngengat bertelur berlangsung selama 30 hari.

b. Perilaku merusak, sebaran, dan fluktuasi populasi
Ulat jengkal menyerang tanaman muda dan tua dengan gejala serangan berupa perompesan, baik sebagian dengan masih tersisanya tulang daun, maupun total. Di samping memakan daun, ulat juga sering memakan polong muda.
Ulat jengkal memiliki inang berupa tanaman kedelai dan beberapa tanaman pangan lainnya, sesayuran, dan gulma selain rerumputan. Karena sifatnya yang polifag tersebut, maka daerah sebarannya meluas di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (15).

·      Pengendalian:
Dengan memamfaatkan parasitoid, predator atau musuh alami lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem.Sesuai dengan konsepsi dasar Pengendalian Hama Terrpadu pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras ekonomik Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama yaitu permanen, aman, dan ekonomi

3.2 Saran
Sebaiknya kita dapat menjaga keanekaragaman hayati tanaman kedelai, karena dengan begitu dapat memamfaatkan musuh alami maka lingkungan akan terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2011. http://pakreatif.blogspot.com/2011/03/mikroorganisma-patogen.html Di akses tanggal 20 November 2011

Anonymous.2011. http://www.artikata.com/arti-344015-patogen.html Di akses tanggal 2 Novemmber 2011

Anonymous.2011. http://www.infoopt.com/?Musuh_alami Di akses tanggal 20 November 2011

Basukriadi, Adi. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


Louise Flint,Mary. 1998. Natural enemies handbook: the illustrated guide to biological pest control. California : ANR Publications

Manjabal.2011. . http://manjabal41.blogspot.com/2008/06/pengendalian-hayati-istilah.html Di akses tanggal 20 November 2011

Rahayu, Subekti. 2011. http://www.google.com Di akses tanggal 7 Oktober 2011
Wales, Jimmy. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Parasitoid Di akses tanggal 21November 2011

0 comments:

Post a Comment