BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merill) adalah salah satu tanaman
polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia
Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan
peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur.
Pengendalian hayati sebagai komponen utama Pengendalian Hama Terpadu
pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan
populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh
berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi
oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas
parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama hama yang
bekerja secara “terkait kepadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan dan perkembangbiakan hama.
Adanya populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian
ekonomi bagi petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi
kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh
alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi musuh
alami, memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif
terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Agar tidak timbul kerancuan lebih dahulu perlu dibedakan pengertian
tentang pengendalian hayati (biological control) dan pengendalian alami
(natural control) yang seringkali dibicarakan bersama. Pengendalian Hayati
merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan
atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi
hama. De Bach tahun 1979 mendefinisikan Pengendalian Hayati sebagai pengaturan
populasi organisme dengan musuh-musuh alami sehingga kepadatan populasi
organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa
pengendalian. Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yang berjalan
sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia. Pengendalian alami
terjadi tidak hanya oleh karena bekerjanya musuh alami, tetapi juga oleh
komponen ekosistem lainnya seperti makanan, dan cuaca.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya Kita bisa mengetahui
tentang jenis-jenis tanaman kedelai. dan mengetahui musuh alami tanaman
kedelai.
BABA II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Kedelai
1.
Kedelai kuning
Kedelai kuning. Kedelai yang
kulitnya berwarna kuning, putih, atau hijau. Apabila dipotong melintang akan
memperlihatkan warna kuning pada irisan keping bijinya. Kedelai kuning biasanya
dijadikan tempe.
2.
Kedelai hitam
Kedelai hitam. Kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam
mengandung antisianin. Antisianin sangat potensial mencegah proses oksidasi
yang terjadi secara dini dan menimbulkan penyakit degeneratif.
3. Edamame
Edamame, yang sekarang sedang naik daun. Edamame terbukti mengandung
isoflavon tertinggi dibandingkan jenis kedelai lain. Kandungan protein edamame
mencapai 36%, jauh lebih tinggi dibanding olahan kedelai lain.
2.2 Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai
·
Laba-laba
lompat ( Jumping Spiders )
Gambar:
Laba-laba lompat
Laba-laba lompat bersikap aktif hanya pada siang hari. Laba-laba lompat
bermata delapan. Dua mata besar menghadap ke depan, tetapi mata lainnya kecil.
Matanya tajam dan bisa melihat mangsanya dari jauh. Laba-laba ini dapat
menerkam mangsanya dengan cepat sekali, bahkan dapat menangkap lalat yang
terbang cepat. Laba-laba ini tidak membuat jaring, tetapi meronda di tanaman
mencari mangsa. Sutera digunakan untuk menenun tali pengaman, sehingga bila
jatuh dari daun, tali itu menghindarinya jatuh sampai ke tanah. Sutera juga
dipakai untuk membuat sarung telurnya. Laba-laba dapat menangkap mangsa yang
lebih besar darinya dan merupakan pemangsa penting bagi kepik seperti
Helopeltis dan ngengat dari ulat jengkal dan hama lain. Laba-laba menusukkan
racun yang melumpuhkan mangsa, kemudian mengisap cairannya.
·
Daur
hidup
Laba-laba jantan menggoyangkan kaki depan untuk merayu betina. Setelah
kawin, betina membuat sarung dari sutera dan meletakkan telur didalamnya. Ia
menjaga sarung itu sampai anak laba- laba keluar dan dapat pergi sendiri. Laba-
laba tidak mengalami metamorfosa
Agen pengendalian hayati Sebagai bagian kompleks komunitas dalam
ekosistem setiap spesies serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh
atau menyerang organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang
disebut “musuh alami”. Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena
adanya musuh alami tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir
semua kelompok organisme dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama
termasuk kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik, invertebrata di luar
serangga. Kelompok musuh alami yang paling penting adalah dari golongan
serangga sendiri.
Keuntungan
Pemanfaatan Musuh Alami :
1.
Relatif
murah & sangat menguntungkan
2.
Aman
terhadap lingkungan, manusia dan hewan berguna
3.
Berdaya
guna (efektif) dalam pengendalian hama sasaran
4.
Efisiensi
dalam jangka panjang (tidak memerlukan ulangan pengendalian)
5.
Kompatibel/dapat
digabungkan dengan cara-cara pengendalian lainnya
Kelemahan
Pemanfaatan Musuh Alami :
1. Perlu waktu lama, kira-kira 3-5 th
2. Tingkat keberhasilan (efektifitas) tergantung
pada ketangguhan MA yang digunakan
3. Tidak dapat digunakan untuk mengendalikan
hama baru karena inangnya spesifik
4. Kadang-kadang timbul kekebalan hama sasaran
tetapi sangat jarang
5. Perlu waktu tertentu dalam aplikasinya
(utamanya jenis jamur,bacteri & virus)
2.3 Hama Pada Tanaman Kedelai
·
Ulat
jengkal (Chrysodeixis Chalcites Esp)
Gambar:
Ulat jengkal
·
Ciri-ciri
ü Imago serangga dewasa meletakkan telurnya di
permukaan bawah daun
ü Larva membentuk kepompong dan dalam anyaman
daun, kemudian berubah menjadi pupa.
ü Daur ( siklus hidup) hama ini berlangsung
selama lebih kurang 30 hari.
·
Gejala
serangan
ü Hama ini bersifat pemangsa segala jenis
tanaman (polifag)dan stadium yang membahayakan adalah larva.
ü Larva menyerang seluruh bagian tanaman,
terutama daun-daunnya sehingga menjadi rusak tidak beraturan.
a. Peri
kehidupan
Ulat jengkal, Chrysodeixis chalcites Esp. (Lepidoptera, Noctuidae)
berwarna hijau dan bergerak seperti menjengkal. Ulat tua memiliki ciri khas,
yakni adanya tungkai palsu sebanyak tiga pasang dan garis lateral berwarna
pucat sebanyak tiga pasang yang membujur dari mesonotum hingga ujung abdomen.
Tubuh ulat menyempit pada bagian apikal dengan kepala kecil. Tubuh ulat ini
apabiia direntangkan, panjangnya 3 cm. Stadium ulat terdiri atas lima instar,
umur ulat berlangsung selama 14-19 hari dengan rerata 16,2 hari (14).
Kepompong
berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi putih-kecoklatan. Kepompong
dibentuk di daun, ditutupi oleh rumah kepompong (kokon). Stadium kepompong
berlangsung selama 6-11 hari dengan rerata 6,8 hari (14). Stadium ngengat
berlangsung selama 5 – 12 hari dengan rerata 8,5. Ngengat meletakkan telur pada
umur 4 – 12 hari. Produksi telur mencapai 1250 butir per ekor ngengat betina.
Telur diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun. St pada
umur 4 – 12 hari. Stadium telur berlangsung selama 3 - 4 hari dengan rerata 3,2
hari (14). Daur hidup ulat jengkal dari tetur hingga ngengat bertelur
berlangsung selama 30 hari.
b.
Perilaku merusak, sebaran, dan fluktuasi populasi
Ulat jengkal menyerang tanaman muda dan tua dengan gejala serangan
berupa perompesan, baik sebagian dengan masih tersisanya tulang daun, maupun
total. Di samping memakan daun, ulat juga sering memakan polong muda.
Ulat
jengkal memiliki inang berupa tanaman kedelai dan beberapa tanaman pangan
lainnya, sesayuran, dan gulma selain rerumputan. Karena sifatnya yang polifag
tersebut, maka daerah sebarannya meluas di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (15).
·
Pengendalian:
Dengan memamfaatkan parasitoid, predator atau musuh alami lainnya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar
ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan
keseimbangan ekosistem.Sesuai dengan konsepsi dasar Pengendalian Hama Terrpadu
pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik
pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan
memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di
bawah aras ekonomik Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain
terutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama
yaitu permanen, aman, dan ekonomi
3.2 Saran
Sebaiknya
kita dapat menjaga keanekaragaman hayati tanaman kedelai, karena dengan begitu
dapat memamfaatkan musuh alami maka lingkungan akan terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2011. http://pakreatif.blogspot.com/2011/03/mikroorganisma-patogen.html Di akses tanggal 20 November 2011
Anonymous.2011. http://www.artikata.com/arti-344015-patogen.html Di akses tanggal 2 Novemmber 2011
Anonymous.2011. http://www.infoopt.com/?Musuh_alami Di akses tanggal 20 November 2011
Basukriadi, Adi. 2005. Buku Materi Pokok:
Pengendalian Hayati. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Hadi.2011.http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alami-pada-serangga/ Di
akses tanggal 20 November 2011
Louise Flint,Mary. 1998. Natural enemies
handbook: the illustrated guide to biological pest control. California : ANR
Publications
Manjabal.2011. . http://manjabal41.blogspot.com/2008/06/pengendalian-hayati-istilah.html Di akses tanggal 20 November 2011
Rahayu, Subekti. 2011. http://www.google.com Di akses tanggal 7 Oktober 2011
Wales, Jimmy. 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Parasitoid Di akses tanggal 21November 2011
0 comments:
Post a Comment